Penyerangan Israel terhadap Palestina dan putusnya rantai keberlanjutan skala global dan lokal
![]() |
| Bangunan Rusak Photo by Mohammed Ibrahim on Unsplash |
Dampak lingkungan dari konflik bersenjata dan alat-alat berat tidak bisa dianggap enteng, bahkan harusnya menjadi urgensi tingkat global demi upaya penyelamatan bumi. Peperangan sejak tahun 1948 dan penyerangan pada tahun 1982 oleh Israel pada Palestina bukan waktu yang sebentar untuk menimbulkan kekacauan alam di muka bumi ini.
Melansir dari paper "A Multitemporal Snapshot of Greenhouse Gas Emissions from the Israel-Gaza Conflict" oleh Neimar dkk, 2024. Diperkirakan bahwa emisi karbon dari penyerangan Israel pada 60 hari pertama sudah melampaui emisi tahunan 20 negara.
Tertulis dari sumber yang sama bahwa total emisi berasal dari jet tempur, tank, senjata dan perngirimannya selama 60 hari dari bulan Oktober hingga Desember 2023. Total emisi tersebut mencapai 281.315 ton CO2e. Angka tersebut masih ditambah dengan pembangunan infrastruktur Terowongan Hamas yang mencapai 176.000 ton CO2e dan Tembok Besi Israel sejumlah 274.000 ton CO2e. Rekontruksi 100.000 bangunan yang dilaksanakan di Gaza akibat penyerangan mencapai 30 juta ton CO2e.
Emisi gas rumah kaca dan pengaruh besar terhadap perubahan iklim
![]() |
| Asap CO2 Photo by Daniel Klein on Unsplash |
Peningkatan suhu yang terjadi akan memicu perubahan iklim berupa pola hujan local yang tidak stabil, musim kemarau yang lebih panjang, dan kekeringan yang lebih serius. Hal tersebut bisa terjadi terutama Gaza sebagai wilayah terdampak perang.
Di sisi lain, permasalahan ini juga berdampak dalam skala global. Sebagaimana dinukil dari Laporan Conflict and Environment Observatory (CEOBS) menyebutkan bahwa sektor militer menyumbangkan 5,5% emisi karbon secara global. Sumbangan emisi karbon secara global dari militer ini berhasil menempati urutan keempat setelah China, Amerika dan India.
Perubahan iklim global akan membawa perubahan jangka panjang, diantaranya dalam hal cuaca, iklim, kenaikan suhu dan perubahan curah hujan. Hal tersebut akan membawa dampak yang lebih serius terhadap semua aspek kehidupan baik dalam prespektif lingkungan maupun tidak. Seperti contih dalam sektor ekonomi maka perubahan iklim akan mempengaruhi jumlah pasokan energi dan hasil pertanian yang akan mempengaruhi pendapatan negara. Kesehatan manusia juga semakin terancam dengan peningkatan polusi dan risiko penyakit yang sensitive penularan dengan iklim yang panas.
Dengan adanya perubahan iklim maka akan mempengaruhi siklus dari keberlanjutan itu sendiri yang akhirnya dampak akan dirasakan oleh mahluk hidup termasuk manusia.
Kerusakan dataran wilayah terdampak perang: Gaza
![]() |
| Tanaman Zaitun Photo by Flor Saurina on Unsplash |
Pada Maret 2024, tertulis di sumber yang sama bahwa dari pantauan satelit terdapat 48% kerusakan terjadi pada area pertanian dan juga pepohonan. Semua tumbuhan tersebut rata dengan tanah karena dihancurkan oleh senjata dan alat berat hingga mengakibatkan pencemaran tanah dan air di dalam tanah yang sudah tercemar oleh racun residu alat-alat tersebut. Peneliti mengemukakan bahwa penyerangan secara terus menerus akan mempengaruhi ekosistem dan biodifersitas dari wilayah Gaza.
Oktober 2024 Anadolu Agency melaporkan data yang disusun oleh Kantor Nasional untuk Pertahanan Tanah dan Perlawanan terhadap Pemukiman, yang berafiliasi dengan Organisasi Pembebasan Palestina bahwa dampak penyenrangan pada Bulan Oktober mengakibatkan kehancuran lebih dari 75% pohon zaitun di Gaza. Keadaan semakin diperparah dengan akses terbatas penduduk terhadap ladangnya yang hanya bisa digunakan selama gencatan senjata.
Banyak buah zaitun yang gagal panen dan hancur karena penyerangan secara berkala yang terjadi. Diperkirakan sekitar 23.700 hektar lahan yang ditanami zaitun di Tepi Barat/barat Sungai Yordan yang diduduki telah dinyatakan sebagai zona militer tertutup oleh pihak berwenang Israel. Pohon zaitun merupakan tanaman pertanian yang sudah dibudidayakan sejak ratusan tahun oleh Palestina. Banyak warga Palestina yang menjadikan komoditas buah zaitun sebagai mata pencaharian. Pohon Zaitun bisa diibaratkan sebagai simbol hubungan antara warga Palestina dan tanah kelahirannya.
Kini penyerangan terhadap sector pertanian dan juga penghabisan terhadap tumbuhan komoditas utama tengah berlangsung. Masyarakat kehilangan matapencaharian dan apabila kalau semakin dibiarkan maka Palestina akan kehilangan salah satu simbol semiotika bangsanya.




Komentar
Posting Komentar