Ruang dan Waktu

cr google/Vickie Wage Fineart

"Anelis, ayo kita berangkat sekarang" Seru sang Ibu yang kini berumur di akhir 40 tahunan. 

"Kak Kiara dan Denisa juga ikut kan Bu?" "Harus dong, mereka lagi cari spidol kalo engga tipe x" jawab sang ibu. 

"Haha iya, dari kemarin lupa terus" balas Anelis sembari tertawa kecil. 

"Ayo berangkat" ujar ibu setelah melihat Kiara dan Denisa yang menghampiri mereka dengan spidol di tangan. 

"Tenang Bu ini waterproof hahahah" Mereka berangkat dengan beriringan. Anelis yang digandeng Ibu berangkat dengan riang sambil mengayunkan tangan. Begitu juga dengan Kirana dan Denisa yang sibuk berkejar-kejaran. 

Sore hari yang cerah, tidak ada alasan untuk bersedih bukan? Mereka sampai ke suatu tempat bergumuk-gumuk yang bagi Anelis seperti halang rintang. Seingatnya setiap kali kemari pasti gumuk tanah selalu bertambah dan rintangan semakin menantang. 

"Assalamualaikum Bapak" 

Ucap mereka serentak setelah sampai di salah satu gundukan tanah. Sangat sederhana terletak di sudut pemakaman umum kota. 

"Bu aku yang tulis ya?" Ujar Kiara semangat Sang ibu hanya menangguk sambil mengarahkan Denisa dan Anelis mencabuti rumput di beberapa sisi. Anelis dengan hati-hati mencabuti rumput, takut menginjak makam lain. Pemakaman umum ibarat perkampungan padat penduduk. Tidak beraturan dan padat tentu saja. 

"Bu, ini aku timpa saja kan?" 
"iya tulis diatas nama Bapak yang sudah kabur," jawab Ibu.

Kiara lekas menulis dilanjutkan dengan menyelesaikan acara beberes makam dan berdoa. 

Ibu mengeluarkan hp nokia 360 yang kata denisa bisa untuk ganti munthu. Ia berkirim pesan dengan Bulik Hardi yang katanya akan mampir esok hari. 

"Bu hapenya ditinggal di sini saja, biar bisa SMS-an sama bapak" Sontak semua tertawa mendengar banyolan Anelis. Dalam batin Ibu, jangankan HP seluruh harta yang tidak seberapapun akan ia tinggal bila bisa bertemu suaminya lagi. 

Cintanya tak berkurang barang sedikitpun walau hampir 8 tahun suaminya pergi Atau mungkin selamanya? Ia tak mengetahui jawabnya. Menjadi ibu dan istri bahkan janda masih membuatnya tak mengerti banyak hal. 

Kini ia hanya mengetahui cintanya tak terbatas ruang dan waktu. Tak menuntut balas pun sebuah tanggung jawab. Ia akan berdoa dan terus berdoa. Hanya cinta dan doa yang mampu menembus ruang dan waktu.

Komentar

Postingan Populer